JAKARTA, www.wowbabel.com -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong adanya ekosistem industri yang terintegrasi untuk beberapa jenis mineral. Timah masuk dalam ekosistem industri sehingga ekspornya akan dihentikan seperti nikel, bauksit dan tembaga.
Ekosistem industri terintegrasi menurut Presiden Jokowi dapat meningkatkan nilai tambah dari sumber daya yang dimiliki untuk masa depan Indonesia yang cerah.
“Pekerjaan besar ke depan yang ingin kita lakukan adalah bagaimana membangun sebuah sistem besar, agar yang namanya nikel, yang namanya bauksit, yang namanya tembaga, yang namanya timah itu betul-betul semuanya bisa terintegrasi dan bisa memproduksi barang jadi maupun setengah jadi yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya, utamanya lapangan kerja bagi rakyat,” ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-50 PDI Perjuangan di Hall A, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Baca Juga: Ekspor Timah Indonesia Bulan April 2022 Tembus 9000 Metrik Ton, Ini Jumlah Ekspor Tiap Bulannya
Presiden Jokowi mencontohkan, kebijakan penghentian ekspor bijih nikel yang diberlakukan sejak 1 Januari 2020 lalu berdampak signifikan kepada peningkatan nilai ekspor nikel Indonesia.
“Dulu waktu masih mentah kita ekspor itu nilainya per tahun hanya Rp17 triliun. Setelah kita setop tiga tahun ini, setahun bisa menghasilkan kurang lebih Rp360 triliun,” ujarnya.
Tak hanya berhenti di nikel, Presiden Jokowi juga akan melakukan hilirisasi dan industrialisasi bauksit. Pemerintah akan menghentikan ekspor bijih bauksit pada bulan Juni 2023.
Baca Juga: Tarik Investor untuk Hilirisasi Timah dan Silika, Pemprov Babel Bakal Siapkan Kawasan Khsusus
“Bauksit kemarin sudah kita umumkan di bulan Desember, setop juga mulai Juni 2023 dan akan kita industrialisasikan, kita hilirisasikan di dalam negeri. Saya enggak tahu lompatannya, nanti dari kurang lebih Rp20 (triliun) menjadi Rp60 triliun-Rp70 triliun,” ujarnya.
Meskipun upaya integrasi tersebut tidaklah mudah dikarenakan lokasi tambang yang berbeda-beda dari setiap sumber daya yang ada, namun Kepala Negara yakin jika hal tersebut dapat terwujud maka akan menciptakan sebuah ekosistem yang berdampak baik bagi Indonesia, salah satunya adalah industri kendaraan listrik.
“Semuanya harus terintegrasi, sehingga kita harapkan nantinya ini akan menjadi sebuah ekosistem bagi kendaraan listrik yang ke depan memberikan sebuah masa depan yang cerah, karena seluruh pasar negara-negara membutuhkan mobil listrik ini. Tetapi, tentu saja tahapannya akan masuk ke baterai listrik terlebih dahulu,” ucapnya.
Baca Juga: Investasi dan Teknologi Hilirisasi Timah Tak Mengkhawatirkan Ridwan Djamaluddin
Presiden juga meyakini, jika ekosistem industri kendaraan listrik telah terbangun akan dapat memberikan lompatan nilai tambah yang sangat besar.
“Apabila nanti menjadi sebuah ekosistem baterai dan ekosistem mobil listrik, itu akan memberikan nilai tambah ratusan kali, bukan puluhan kali lagi tapi ratusan kali,” pungkasnya. (*)
Artikel Terkait
Hilirisasi Timah Tak Bisa Ditawar Lagi
Indonesia Sudah Pantas Membangun Hilirisasi Timah yang Dihasilkan Bangka Belitung
Pak Jokowi, Hilirisasi Timah Butuh 10 Tahun Lagi