Ekonomi Hijau-Biru: Potensi Babel Mencapai Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

- Selasa, 21 Maret 2023 | 23:17 WIB
Tomi Sah - Mahasiswa Master of Public Administration in International Development, Tsinghua University, Tiongkok (ist)
Tomi Sah - Mahasiswa Master of Public Administration in International Development, Tsinghua University, Tiongkok (ist)


OPINI - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), lock down, dan tindakan-tindakan kesehatan yang dilakukan secara masif beberapa waktu lalu telah berhasil mengatasi pandemi covid-19 di Indonesia, khususnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Di sisi lain, tindakan-tindakan tersebut dengan cepat menghasilkan krisis ekonomi global terbesar dalam lebih dari satu abad. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Babel terkontraksi menjadi minus 2,3 pada Tahun 2020 (BPS, 2023), namun berangsur pulih pada tahun berikutnya.

Akan tetapi, perang Rusia-Ukraina menjadi masalah baru yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dunia, dan menjadi tantangan yang harus segera di antisipasi.

Masalah lain yang menjadi tantangan terbesar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah masalah lingkungan dan kelautan, diantaranya maraknya penambangan timah, penangkapan ikan secara berlebihan, pengelolaan sampah yang buruk, polusi udara, serta pencemaran air laut telah mengancam keberlangsungan ekonomi Babel dimasa depan.

Oleh karena itu, konsep ekonomi hijau-biru menjadi krusial untuk diterapkan di Babel dalam rangka memastikan ekonomi yang tetap tumbuh secara berkelanjutan.

Ekonomi hijau (green economy) menekankan pada kegiatan ekonomi yang memungkinkan pengurangan emisi karbon dan polusi, meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya, serta inklusif secara sosial.

Sedangkan ekonomi biru (blue economy) mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada keberlanjutan lautan, yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian, serta makanan bagi manusia dan hewan. Sebagai provinsi kepulauan, Babel berpotensi untuk meraih keuntungan ganda, karena dapat menerapkan kedua konsep ini secara beriringan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada Tahun 2022, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan konstribusi sebesar 19,19 persen terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Babel, terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (BPS, 2023).

Secara nasional, sub sektor perikanan memberikan kontribusi sebesar 20,8 persen. Kontribusi ini dapat meningkat dan dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi Babel jika dikelola secara berkelanjutan sesuai dengan prinsip ekonomi biru, pun sebaliknya. Disisi lain, sektor pertambangan berkonstribusi sebesar 8,6 persen terhadap PDRB Babel Tahun 2022 (BPS, 2023), angka yang cukup tinggi.

Namun, pengelolaan pertambangan yang buruk justru dapat menjadi bumerang bagi ekonomi Babel jika tidak dikelola secara berkelanjutan, mengingat timah merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, konsep ekonomi hijau perlu di terapkan untuk memastikan kegiatan-kegiatan ekonomi saat ini tidak mengancam kegiatan ekonomi di masa depan.

Berbagai langkah dapat dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Babel. Untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, kita dapat menggunakan sumber daya alam secara bijak, serta melakukan upaya recovery sedini mungkin, mengurangi penggunaan bahan berbahaya bagi lingkungan, melakukan efisiensi penggunaan energi serta beralih ke penggunaan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, pemerintah maupun swasta dapat juga dapat mendorong pengembangan sektor pariwisata yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan keindahan alam dan keunikan budaya lokal, serta memperbaiki infrastruktur yang ada untuk mendorong pengembangan pariwisata, sehingga dapat menarik wisatawan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Babel.

Di sektor kelautan dan perikanan, pemerintah dapat mendorong pengembangan budidaya ikan dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas produksi nelayan seperti pelabuhan, jaringan distribusi, dan pusat pengolahan perikanan.

Penanaman dan pelestarian hutan bakau juga penting untuk meningkatkan produksi ikan dan mencegah kerusakan ekosistem laut. Selain itu, disisi pariwisata, dengan pengelolaan laut yang berkelanjutan dapat mendorong pertumbuhan pariwisata Bahari seperti fishing, diving, snorkling, dan lainnya, yang juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor.

Halaman:

Editor: Robby Wow

Tags

Terkini

X